Tujuh Musim Setahun, Waktu Mencari Makna Cinta
Esei: Nanang Suryadi
Tujuh Musim Setahun, Waktu Mencari Makna Cinta
Adakah daya tarik novel yang ditulis dari sudut pandang seorang perempuan yang bercerita tentang kaumnya? "Tujuh Musim Setahun", sebuah novel karya Clara Ng, mencoba membeberkan secara subtil mengenai orientasi manusia terhadap ruang dunia yang terus berubah, dari beragam pandangan yang berbeda. Di mana muatan ceritanya memunculkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam perhelatan persahabatan 5 orang perempuan, yang ditulis oleh seorang perempuan. Penghayatan penulis perempuan atas dirinya sendiri barangkali akan berbeda hasilnya jika permasalahan yang sama diceritakan oleh seorang novelis lelaki.
Satu hal lagi yang patut diperhitungkan oleh kehadiran novel ini adalah novel-novel sebelumnya yang terbit di masa yang sama dan mengambil tematik yang hampir serupa. Clara Ng sebagai penulis yang muncul pada masa yang sama dengan Ayu Utami dan Dewi Lestari, novelis yang pada beberapa tahun terakhir ini karyanya banyak dibicarakan. Pada sebagian pembaca mungkin akan segera membandingkan novel karya Clara Ng ini dengan novel "Saman" dan "Larung" karya Ayu Utami serta "Supernova" karya Dewi “dee” Lestari. Apakah Clara Ng menemukan sebuah celah cara pandang yang berbeda dalam melihat perubahan nilai-nilai yang terjadi? Dengan membaca novel ini dapat kita ketahui apa perbedaannya, juga perbedaan dalam penyampaiannya.
Pertanyaan yang mengemuka dalam novel ini: Apa itu waktu? Apa itu Cinta? Pertanyaan itu menjadi tema yang mengikat seluruh rangkaian dalam novel ini. Novel ini dalam banyak babnya menggunakan judul dengan kata awal: musim. Tiap musim yang menandai pergantian bab dalam novel ini sebenarnya dapat dibaca sebagai sebuah cerita yang berdiri sendiri, karena di sana memiliki tokoh utama nya sendiri, namun jika dibaca sebagai sebuah rangkaian novel, maka tiap-tiap bab dan musim itu menunjukan rentangan antar peristiwa yang terjadi, sebab dan akibat yang terjadi.
Clara Ng, penulis novel ini, membuat jalinan peristiwa antar bab yang melibatkan banyak tokoh dalam berbagai kombinasi bercerita. Teknik yang sering dipakai untuk memahami logika cerita dengan merunut waktu kejadian adalah dengan banyaknya penggunaan tanggal, sehingga dapat terasa seperti membaca buku catatan harian para tokoh dalam novel ini. Selain dengan model-model catatan harian, sering juga dipakai penceritaan memakai email serta chating melalui internet. Terkadang, penulis juga menjadi pihak pertama yang menceritakan tokoh-tokohnya sebagai pihak ketiga, kepada pembaca (pihak kedua). Selain itu, teknik yang sering kali dipakai adalah penceritaan oleh sang tokoh utama dalam bab, yang dibiarkan bercerita langsung kepada pembaca. Mereka menceritakan dirinya sendiri, juga bercerita tentang rekan-rekan dalam lingkaran persahabatan. Pada beberapa pengadegan dibuat dengan teknik kilas balik (flash back) atau seperti dalam sebuah film yang menggambarkan perbedaan ruang dalam kesamaan waktu, dengan berselang-seling penceritaannya. Dalam penceritaan oleh tokoh-tokoh dalam novel ini, rentangan yang menghubungkan peristiwa satu dengan yang lainnya pada bab berbeda, tokoh Lara sering muncul pada semua bab.
Secara umum dialog-dialog antar tokoh dalam novel ini tidak terpaku kepada bahasa Indonesia baku. Bahkan pada beberapa penceritaan oleh tokoh, ketidakbakuan itu pun muncul bukan hanya dalam dialog, namun dalam tuturan atau narasi. Dengan demikian dialog antar tokoh menjadi terasa ringan dan apa adanya dalam kehidupan sehari-hari pergaulan. Walaupun begitu, dialog-dialog serius pun masih tetap ada, hal ini dapat ditemui pada beberapa dialog antara tokoh laki-perempuan. Selain itu nampak pula perbedaan ketika dialog batin (konflik psikologis) yang muncul dibuat puitis dan menjadi terasa sublim.
Dalam novel ini terasa bahwa peristiwa demi peristiwa berlangsung pada kelas sosial tingkat menengah - atas. Para tokoh dapat dikatakan sebagai generasi cyber, rata-rata umur para tokohnya berkisar belasan hingga 20-an tahun saat berbagai peristiwa itu digambarkan dalam novel ini. Penggunaan alat komunikasi melalui internet sudah bukan hal yang asing dilakukan oleh para tokoh dalam novel ini. Selain itu digambarkan pula bahwa para tokoh dalam novel ini adalah lulusan perguruan tinggi, diantaranya ada yang sekolah di Amerika Serikat. Wawasan yang terbangun dalam lintas informasi dan pergaulan tersebut dapat meyakinkan latar belakang mengapa pada beberapa tokoh dalam novel ini mengetahui banyak wacana ilmu pengetahuan dan tertarik pada kata-kata hikmah dari berbagai ajaran agama.
Hal yang menarik dapat ditemukan dalam novel ini bahwa ada konsistensi penyelesaian masalah oleh penulisnya. Yaitu dengan membiarkan beberapa tokohnya larut atau menyerahkan pada naluri, yang dicitrakan antara lain dengan ditandai seperti hadirnya kejutan-kejutan listrik atau proses kimiawi yang aneh dalam tubuh.
Tokoh-tokoh dalam novel ini memiliki masalahnya masing-masing, yang penceritaannya dapat diketahui dari tuturan langsung sang tokoh tentang dirinya sendiri, maupun tuturan kesaksian oleh tokoh dalam bab tentang tokoh-tokoh lain dalam bab yang yang lain. Berikut gambaran para tokoh dalam novel tersebut.
Lara, tokoh yang banyak diceritakan dalam novel ini, baik diceritakan oleh penulis, dirinya sendiri, maupun oleh teman dan kekasihnya. Lara diperlihatkan sebagai sosok yang terobsesi dengan kenikmatan birahi. Ia menikmati berbagai sensasi kenikmatan jasmaniah dengan fantasi dunia maya (cyber)/ masturbasi dan real, misalnya berhubungan dengan: Alfa, Nata (masturbasi, cyber dan nyata)dan Michael (di pesawat). Perilaku yang dapat ditelusuri dari masa kecil, di mana secara gamblang Lara menceritakan dirinya sangat menikmati masturbasi sejak umur 7 tahun.
Tokoh Mei dan Kris, sepasang suami istri yang memiliki masalah dalam perkawinan mereka. Mei secara sepintas ia mungkin dapat dikatakan berbahagia, dengan suami dan anak, sepanjang perkawinan, namun ia bermasalah karena tidak pernah mengalami orgasme. Ia hanya mendapatkannya ketika bermasturbasi dengan membayangkan orang lain (atas saran dari Lara, melalui email). Selain itu masalah yang dihadapi Mei adalah perselingkuhan yang dilakukan Kris (suaminya). Agak mirip dengan tokoh Rana di novel "Supernova" karya Dewi Lestari. Jika di novel "Supernova" Rana yang berselingkuh maka dalam novel tujuh musim setahun, suami Mei (Kris) yang berselingkuh. Kris mirip dengan tokoh Arwin dalam novel "Supernova", yang tidak memuaskan istrinya. Kris berselingkuh dengan istri orang (pelanggan tokonya), yang mengajak berselingkuh. Akhirnya ketahuan. Namun Mei memaafkannya.
Tokoh Iris dan Phoebe, pasangan lesbian yang memproklamasikan diri melalui wawancara di majalah. Hubungan sebab akibat terlihat dalam proses panjang yang menjadikan mereka menjadi sepasang lesbian. Sosok Iris dengan sangat cermat digambarkan oleh Clara dalam berbagai peristiwa. Iris adalah sosok perempuan yang oidipus complex yang akhirnya kecewa dengan laki-laki, antara lain dapat diketahui dari penceritaan tentang ayahnya yang meninggalkan ia dan ibunya; seorang pemuda yang dicintainya di waktu kecil mengalami kecelakaan; guru yang ditaksirnya menolak; dosen yang berselingkuh dengannya menghina di depan umum. Sedangkan Phoebe sejak remaja telah merasakan tanda-tanda bahwa ia hanya menyukai perempuan, jika pun ia pernah menikah dengan Ben (selama 2 tahun yang terasa sebagai neraka) itu disebabkan karena ia masih takut dengan resiko sosial yang harus diterima dari lingkungan keluarga dan masyarakat.
Tokoh Selena, sangat peduli dengan keperawanan. Ia merasa kesepian, karena agak terlambat dibandingkan dengan teman-temannya mengenal sentuhan lelaki. Ia baru merasakan kenikmatan sex setelah perkawinannya dengan Abraham sepupunya yang berbeda agama. Mulanya tidak direstui orang tuanya. Namun mereka kawin lari, menikah dengan memakai catatan sipil. Setelah mengetahui kejadian itu barulah orang tua mereka memberikan restu dan mengadakan pesta perkawinan yang sangat meriah.
Tokoh Nata, berpacaran dengan dua orang Rana (cyber) dan Nuna (real). Nuna, pacar Nata di Amerika, mati setelah koma sekian lama akibat tertembak saat terjebak dalam peristiwa perang antar gang. Nuna agnostic, saat dia mati karena tidak dicapai kesepakatan antar kerabatnya agama apa yang dianut oleh Nuna maka diadakan upacara doa dengan memakai semua agama. Nata menolak kenyataan bahwa Nuna sudah mati. Sangat terpukul dengan kematian Nuna dan terhalusinasi kupu-kupu sebagai jelmaan Nuna, akhirnya bunuh diri terjun dari gedung tinggi, dengan bayangan ia bergabung dengan Nuna menjadi seekor kupu-kupu yang terbang. Klimaks yang bagus, cukup mendebarkan, dengan penggambaran adegan Lara memacu mobilnya, diantara sela-sela penceritaan berbagai hal melalui email berbagai tokoh dalam buku ini, ingin mengetahui apa yang terjadi dengan Nata.
Tokoh Michael, dihantui penyesalan karena Tania (pacarnya di SMA) mati karena aborsi ilegal. Dalam penyesalannya tersebut, saat berdialog dengan temannya yang bernama Tommy, dia membayangkan jika ia dapat kembali ke “waktu” sebelum kematian Tina. Apa yang dapat ia lakukan agar Tania tidak mengalami kematian. Dapatkah ia mencegah Tania meninggal. Apa yang akan dilakukannya dengan Tania dengan tetap hidup dan mengandung anak di luar nikahnya itu. Michael membayangkan beberapa kemungkinan yang akan ia lakukan jika dapat kembali ke masa lalu, namun alternatif dalam bayangannya itu selalu berakhir buruk (tidak bahagia). Jika akhirnya Michael aktif di LSM advokasi perempuan, adalah seperti sebagai penebusan rasa bersalah kepada Tania. Michael sudah lama tinggal di Amerika. Pertemuannya dengan Lara di pesawat menuju Amerika menjadi titik awal hubungannya dengan perempuan yang terobsesi nafsu birahi itu. Maka tak aneh, jika suatu ketika Lara bercerita kepada rekannya ia bersetubuh dengan Michael di closet pesawat.
Demikianlah gambaran sekilas tokoh-tokoh dalam novel tersebut. Berbagai peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokoh yang hadir dalam novel ini dapat merefleksikan banyak perubahan yang terjadi di sekitar kita, yang dengan lancar dirangkai dan dikemas oleh Clara dengan bahasa yang tidak sulit untuk dipahami. Bahkan ketika harus menceritakan tentang segala macam bintang dan konsep jarak dalam ribuan tahun cahaya.
Tujuh Musim Setahun, Waktu Mencari Makna Cinta
Adakah daya tarik novel yang ditulis dari sudut pandang seorang perempuan yang bercerita tentang kaumnya? "Tujuh Musim Setahun", sebuah novel karya Clara Ng, mencoba membeberkan secara subtil mengenai orientasi manusia terhadap ruang dunia yang terus berubah, dari beragam pandangan yang berbeda. Di mana muatan ceritanya memunculkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam perhelatan persahabatan 5 orang perempuan, yang ditulis oleh seorang perempuan. Penghayatan penulis perempuan atas dirinya sendiri barangkali akan berbeda hasilnya jika permasalahan yang sama diceritakan oleh seorang novelis lelaki.
Satu hal lagi yang patut diperhitungkan oleh kehadiran novel ini adalah novel-novel sebelumnya yang terbit di masa yang sama dan mengambil tematik yang hampir serupa. Clara Ng sebagai penulis yang muncul pada masa yang sama dengan Ayu Utami dan Dewi Lestari, novelis yang pada beberapa tahun terakhir ini karyanya banyak dibicarakan. Pada sebagian pembaca mungkin akan segera membandingkan novel karya Clara Ng ini dengan novel "Saman" dan "Larung" karya Ayu Utami serta "Supernova" karya Dewi “dee” Lestari. Apakah Clara Ng menemukan sebuah celah cara pandang yang berbeda dalam melihat perubahan nilai-nilai yang terjadi? Dengan membaca novel ini dapat kita ketahui apa perbedaannya, juga perbedaan dalam penyampaiannya.
Pertanyaan yang mengemuka dalam novel ini: Apa itu waktu? Apa itu Cinta? Pertanyaan itu menjadi tema yang mengikat seluruh rangkaian dalam novel ini. Novel ini dalam banyak babnya menggunakan judul dengan kata awal: musim. Tiap musim yang menandai pergantian bab dalam novel ini sebenarnya dapat dibaca sebagai sebuah cerita yang berdiri sendiri, karena di sana memiliki tokoh utama nya sendiri, namun jika dibaca sebagai sebuah rangkaian novel, maka tiap-tiap bab dan musim itu menunjukan rentangan antar peristiwa yang terjadi, sebab dan akibat yang terjadi.
Clara Ng, penulis novel ini, membuat jalinan peristiwa antar bab yang melibatkan banyak tokoh dalam berbagai kombinasi bercerita. Teknik yang sering dipakai untuk memahami logika cerita dengan merunut waktu kejadian adalah dengan banyaknya penggunaan tanggal, sehingga dapat terasa seperti membaca buku catatan harian para tokoh dalam novel ini. Selain dengan model-model catatan harian, sering juga dipakai penceritaan memakai email serta chating melalui internet. Terkadang, penulis juga menjadi pihak pertama yang menceritakan tokoh-tokohnya sebagai pihak ketiga, kepada pembaca (pihak kedua). Selain itu, teknik yang sering kali dipakai adalah penceritaan oleh sang tokoh utama dalam bab, yang dibiarkan bercerita langsung kepada pembaca. Mereka menceritakan dirinya sendiri, juga bercerita tentang rekan-rekan dalam lingkaran persahabatan. Pada beberapa pengadegan dibuat dengan teknik kilas balik (flash back) atau seperti dalam sebuah film yang menggambarkan perbedaan ruang dalam kesamaan waktu, dengan berselang-seling penceritaannya. Dalam penceritaan oleh tokoh-tokoh dalam novel ini, rentangan yang menghubungkan peristiwa satu dengan yang lainnya pada bab berbeda, tokoh Lara sering muncul pada semua bab.
Secara umum dialog-dialog antar tokoh dalam novel ini tidak terpaku kepada bahasa Indonesia baku. Bahkan pada beberapa penceritaan oleh tokoh, ketidakbakuan itu pun muncul bukan hanya dalam dialog, namun dalam tuturan atau narasi. Dengan demikian dialog antar tokoh menjadi terasa ringan dan apa adanya dalam kehidupan sehari-hari pergaulan. Walaupun begitu, dialog-dialog serius pun masih tetap ada, hal ini dapat ditemui pada beberapa dialog antara tokoh laki-perempuan. Selain itu nampak pula perbedaan ketika dialog batin (konflik psikologis) yang muncul dibuat puitis dan menjadi terasa sublim.
Dalam novel ini terasa bahwa peristiwa demi peristiwa berlangsung pada kelas sosial tingkat menengah - atas. Para tokoh dapat dikatakan sebagai generasi cyber, rata-rata umur para tokohnya berkisar belasan hingga 20-an tahun saat berbagai peristiwa itu digambarkan dalam novel ini. Penggunaan alat komunikasi melalui internet sudah bukan hal yang asing dilakukan oleh para tokoh dalam novel ini. Selain itu digambarkan pula bahwa para tokoh dalam novel ini adalah lulusan perguruan tinggi, diantaranya ada yang sekolah di Amerika Serikat. Wawasan yang terbangun dalam lintas informasi dan pergaulan tersebut dapat meyakinkan latar belakang mengapa pada beberapa tokoh dalam novel ini mengetahui banyak wacana ilmu pengetahuan dan tertarik pada kata-kata hikmah dari berbagai ajaran agama.
Hal yang menarik dapat ditemukan dalam novel ini bahwa ada konsistensi penyelesaian masalah oleh penulisnya. Yaitu dengan membiarkan beberapa tokohnya larut atau menyerahkan pada naluri, yang dicitrakan antara lain dengan ditandai seperti hadirnya kejutan-kejutan listrik atau proses kimiawi yang aneh dalam tubuh.
Tokoh-tokoh dalam novel ini memiliki masalahnya masing-masing, yang penceritaannya dapat diketahui dari tuturan langsung sang tokoh tentang dirinya sendiri, maupun tuturan kesaksian oleh tokoh dalam bab tentang tokoh-tokoh lain dalam bab yang yang lain. Berikut gambaran para tokoh dalam novel tersebut.
Lara, tokoh yang banyak diceritakan dalam novel ini, baik diceritakan oleh penulis, dirinya sendiri, maupun oleh teman dan kekasihnya. Lara diperlihatkan sebagai sosok yang terobsesi dengan kenikmatan birahi. Ia menikmati berbagai sensasi kenikmatan jasmaniah dengan fantasi dunia maya (cyber)/ masturbasi dan real, misalnya berhubungan dengan: Alfa, Nata (masturbasi, cyber dan nyata)dan Michael (di pesawat). Perilaku yang dapat ditelusuri dari masa kecil, di mana secara gamblang Lara menceritakan dirinya sangat menikmati masturbasi sejak umur 7 tahun.
Tokoh Mei dan Kris, sepasang suami istri yang memiliki masalah dalam perkawinan mereka. Mei secara sepintas ia mungkin dapat dikatakan berbahagia, dengan suami dan anak, sepanjang perkawinan, namun ia bermasalah karena tidak pernah mengalami orgasme. Ia hanya mendapatkannya ketika bermasturbasi dengan membayangkan orang lain (atas saran dari Lara, melalui email). Selain itu masalah yang dihadapi Mei adalah perselingkuhan yang dilakukan Kris (suaminya). Agak mirip dengan tokoh Rana di novel "Supernova" karya Dewi Lestari. Jika di novel "Supernova" Rana yang berselingkuh maka dalam novel tujuh musim setahun, suami Mei (Kris) yang berselingkuh. Kris mirip dengan tokoh Arwin dalam novel "Supernova", yang tidak memuaskan istrinya. Kris berselingkuh dengan istri orang (pelanggan tokonya), yang mengajak berselingkuh. Akhirnya ketahuan. Namun Mei memaafkannya.
Tokoh Iris dan Phoebe, pasangan lesbian yang memproklamasikan diri melalui wawancara di majalah. Hubungan sebab akibat terlihat dalam proses panjang yang menjadikan mereka menjadi sepasang lesbian. Sosok Iris dengan sangat cermat digambarkan oleh Clara dalam berbagai peristiwa. Iris adalah sosok perempuan yang oidipus complex yang akhirnya kecewa dengan laki-laki, antara lain dapat diketahui dari penceritaan tentang ayahnya yang meninggalkan ia dan ibunya; seorang pemuda yang dicintainya di waktu kecil mengalami kecelakaan; guru yang ditaksirnya menolak; dosen yang berselingkuh dengannya menghina di depan umum. Sedangkan Phoebe sejak remaja telah merasakan tanda-tanda bahwa ia hanya menyukai perempuan, jika pun ia pernah menikah dengan Ben (selama 2 tahun yang terasa sebagai neraka) itu disebabkan karena ia masih takut dengan resiko sosial yang harus diterima dari lingkungan keluarga dan masyarakat.
Tokoh Selena, sangat peduli dengan keperawanan. Ia merasa kesepian, karena agak terlambat dibandingkan dengan teman-temannya mengenal sentuhan lelaki. Ia baru merasakan kenikmatan sex setelah perkawinannya dengan Abraham sepupunya yang berbeda agama. Mulanya tidak direstui orang tuanya. Namun mereka kawin lari, menikah dengan memakai catatan sipil. Setelah mengetahui kejadian itu barulah orang tua mereka memberikan restu dan mengadakan pesta perkawinan yang sangat meriah.
Tokoh Nata, berpacaran dengan dua orang Rana (cyber) dan Nuna (real). Nuna, pacar Nata di Amerika, mati setelah koma sekian lama akibat tertembak saat terjebak dalam peristiwa perang antar gang. Nuna agnostic, saat dia mati karena tidak dicapai kesepakatan antar kerabatnya agama apa yang dianut oleh Nuna maka diadakan upacara doa dengan memakai semua agama. Nata menolak kenyataan bahwa Nuna sudah mati. Sangat terpukul dengan kematian Nuna dan terhalusinasi kupu-kupu sebagai jelmaan Nuna, akhirnya bunuh diri terjun dari gedung tinggi, dengan bayangan ia bergabung dengan Nuna menjadi seekor kupu-kupu yang terbang. Klimaks yang bagus, cukup mendebarkan, dengan penggambaran adegan Lara memacu mobilnya, diantara sela-sela penceritaan berbagai hal melalui email berbagai tokoh dalam buku ini, ingin mengetahui apa yang terjadi dengan Nata.
Tokoh Michael, dihantui penyesalan karena Tania (pacarnya di SMA) mati karena aborsi ilegal. Dalam penyesalannya tersebut, saat berdialog dengan temannya yang bernama Tommy, dia membayangkan jika ia dapat kembali ke “waktu” sebelum kematian Tina. Apa yang dapat ia lakukan agar Tania tidak mengalami kematian. Dapatkah ia mencegah Tania meninggal. Apa yang akan dilakukannya dengan Tania dengan tetap hidup dan mengandung anak di luar nikahnya itu. Michael membayangkan beberapa kemungkinan yang akan ia lakukan jika dapat kembali ke masa lalu, namun alternatif dalam bayangannya itu selalu berakhir buruk (tidak bahagia). Jika akhirnya Michael aktif di LSM advokasi perempuan, adalah seperti sebagai penebusan rasa bersalah kepada Tania. Michael sudah lama tinggal di Amerika. Pertemuannya dengan Lara di pesawat menuju Amerika menjadi titik awal hubungannya dengan perempuan yang terobsesi nafsu birahi itu. Maka tak aneh, jika suatu ketika Lara bercerita kepada rekannya ia bersetubuh dengan Michael di closet pesawat.
Demikianlah gambaran sekilas tokoh-tokoh dalam novel tersebut. Berbagai peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokoh yang hadir dalam novel ini dapat merefleksikan banyak perubahan yang terjadi di sekitar kita, yang dengan lancar dirangkai dan dikemas oleh Clara dengan bahasa yang tidak sulit untuk dipahami. Bahkan ketika harus menceritakan tentang segala macam bintang dan konsep jarak dalam ribuan tahun cahaya.